RN_Surabaya – Sephia (bukan nama sebenarnya), warga Klampism Surabaya berontak seberontak-berontaknya. Perempuan 30 tahun itu memilih mengajukan gugatan cerai lewat Pengadilan Agama Kelas 1 A Surabaya pada Juni lalu.
Kini, proses gugatannya itu sudah hampir selesai. Tapi sang suami, Donwori (juga nama samaran), 33, masih mempersoalkan harta gono-gini. Maka putusan pun bakal berlanjut ke Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Surabaya.
Jelas saja, tuntutan Donwori yang minta bagian harta gono-gini membuat Sephia jengkel. “Sudah tidak bisa memuaskan istri, malah nuntut harta gono-gini,” ketus Sephia di sela-sela menunggu putusan sidang untuk melanjutkan ke PTA di Pengadilan Agama (PA) Surabaya di Jalan Ketintang Madya, Seperti dilansir Radar Surabaya (JPNN Group), Jumat (20/11).
Menurut Sephia, sebenarnya sudah tidak ada masalah yang perlu dipersoalkan. Setelah inkrach, seharusnya Donwori harus pergi dari rumah megah yang selama ini mereka tinggali. Maklum, rumah mewah di komplek perumahan di kawasan Klampis Anom itu adalah paten milik orang tua Sephia yang diberikan kepada anak bungsunya itu. Sedangkan Donwori yang berprofesi sebagai pengusaha properti hanya numpang.
Selama ini, Donwori memang sanggup memberikan uang belanja Rp6 juta per bulan ke Sephia. Baik untuk biaya listrik, air, pembantu, makan, sekolah anak dan lainnya. Namun, Sephia mengaku kebutuhannya sebulan bisa mencapai Rp10 juta.
“Untuk menambah kekurangan, biasanya ditambah sama mama,” ungkap anak salah satu pejabat di Jawa Timur tersebut. Namun demikian, Sephia mengaku bukan materi yang menjadi biang keladi perpisahannya dengan Donwori. Tapi, lebih pada pemenuhan kebutuhan biologisnya yang di luar normal. Sephia mengaku sang suami tidak bisa memuaskan hasrat seksualnya.
Sebelum blak-blakan soal hasrat seksual itu, Sephia cukup pandai berkelit. “Yang namanya hubungan intim itu, kita tidak lihat itu pantas atau bukan pada tempatnya. Tapi, lebih pada kenikmatan bersama. Nah, ketika salah satu sudah tidak mampu memberikan kenikmatan bersama, buat apa dipertahankan,” tegasnya.
Dengan kalimat pembuka tersebut, Sephia akhirnya mengaku bila dia berpisah karena suaminya bersikukuh tidak mau melakukan hubungan lewat ‘belakang.’ Alasannya, Donwori tidak mau berbuat dosa karena cara seperti itu dilarang agama. Selain itu, Donwori mengaku cara seperti itu sama sekali tidak memberikan kenikmatan.
Padahal, Sephia merasa tidak puas bila berhubungan hanya di jalur normal. “Mungkin juga sudah nasib kali. Dulu hidup saya normal, tapi saya pernah mengalami trauma yang membuat saya ketagihan sampai sekarang,” ungkapnya.
Ibu satu anak ini pun mengungkap kehidupan seksnya yang dulunya normal dan kini berubah menjadi ‘sesuatu’ karena sebuah pengalaman pahit.
“Waktu suami ke luar kota, saya diperkosa sama sopir pada tahun 2010 lalu. Kira-kira tujuh kali lebih saya diperkosa lewat ‘belakang’. Saya mengadu pada suami, akhirnya suami memecat sopir itu,” jelasnya.
Tapi ternyata, setelah diperkosa, Sephia merasa ada yang aneh dan kurang bila berhubungan dengan sang suami dengan cara biasa.
“Saya akui kalau saya ketagihan lewat “belakang,” tapi sang suami tidak mau memberi. Saya jadinya marah-marah terus sama dia dan puncaknya kami harus berpisah.” (net/rn1)
Komentar